29 Juli, 2016

Metode-metode Rasulullah SAW dalam Mengajar

Cover Buku

Buku berjudul Rasulullah SAW; Guru Paling Kreatif, Inovatif, dan Sukses Mengajar karya Awy A Qolawun penerbit Diva Press bisa menjadi referensi bacaan bagi yang berprofesi sebagai pendidik.
Buku ini memiliki kelebihan yang luar biasa. Selama membaca buku ini kita mendapat informasi baru terkait metode mengajar. Apalagi gaya penulisan Awy’ A Qowalun yang memiliki nama lengkap Alawy Ali Imron Muhammad menulisnya dengan gaya bahasa yang enak dibaca.

Nah, saat membaca buku ini kita bisa mengetahui bagaimana Rasullullah SAW, selalu memilih dan menyampaikan metode dan sistem terbaik. Penulis Awy A Qolawun mampu menyajikan tulisan dengan sangat ringan dan muda dipahami. Saya ingin berbagi isi buku ini kepada para pembaca dan mudah-mudahan bermanfaat.

Dalam buku ini, Awy A Qolawun menjelaskan, bahwa Rasulullah memiliki khas tersendiri, metode yang disampaikan sangat mengesankan  sehingga sangat memudahkan dan sangat membantu dalam memahami suatu ajaran atau permasalahan.

Selain itu, dalam pembukaan penulis menegaskan, bahwa Rasulullah memilih metode yang mudah diingat dan tertanam kuat dalam memori para sahabat. Apalagi saat itu alat tulis tidak semudah dan sebanyak, serta semodern sekarang.

Dalam buku ini, ada 35 metode Rasulullah dalam mengajar. Untuk sharing isi buku ini saya mencoba  menulis kembali 15 metode. Ke depan coba  melengkapinya. Kepada para pembaca yang berprofesi pendidik, dari 35 metode ini, kemungkinan besar juga pernah menjalankan, jika memiliki dana dan kesempatan tentunya  bisa mengkoleksi buku ini sebagai sumber ilmu dan referensi. Yuk, kita lihat metode-metode yang diterapkan Rasulullah dalam mengajar!
1

1.Praktik secara langsung (Dakwah bil Haal)
Dalam ilmu pengajaran yang penyampaiannya membutuhkan praktik, Rasulullah Saw, selalu melakukannya dengan member contoh langsung tidak hanya teori. Bahkan, beliau telah melakukan dan mengamalkan terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada para sahabat. (hal 45).
Pada dasarnya, sebuah ilmu yang disampaikan langsung, memiliki pengaruh yang lebih besar dan ilustrasinya akan menancap lebih kuat dihati dan memori seorang murid. Sebab, ia bisa mengetahui secara langsung contoh, bukti, dan gerakannya sehingga dapat langsung mempraktikkannya. Disamping itu, kepercayaan diri akan lebih besar dalam mempraktikkan ilmunya jika melihat gurunya melakukan dan memberi contoh secara langsung. Hal ini akan berbeda apabila pengajaran hanya menyampaikan teori tanpa praktik. Terkadang imajinasi yang berkembang di dalam pikiran seorang murid tidak sama dengan yang dimaksudkan oleh guru kalau sekadar teori belaka.
Di antara contoh yang ditunjukkan Rasullulah seperti yang ditulis Awy A Qawalun yakni dalam hal beribadah, Rasulullah merupakan orang nomor satu yang selalu memberi contoh langsung dan melakukan secara kontinu, bahkan kaki Rasulullah sampai bengkak karena terlalu lama dalam beribadah.
Contoh lain, suatu saat ada orang bertanya kepada Rasulullah tentang tata cara berwudhu, beliau langsung memerintahkan untuk diambil seember air. Kemudian, langsung memberi contoh dengan praktik berwudhu, langsung di hadapan orang yang bertanya.
Awy A Qolawun dalam bukunya tidak lupa selalu mengambil inti sari dan membuat di dalam frame sehingga orang yang membaca lebih tertarik khususnya hal-hal yang sangat penting. Inti sari dari metode pertama Rasulullah Dalam mengajar, semua yang diperintahkan dan yang dilarang, Rasulullah SAW, sendiri orang pertama yang melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi semua yang dilarang.

2.      Memberikan Pelajaran Secara Gradual
Metode pengajaran kedua yang diterapkan Rasulullah SAW adalah memperhatikan skala prioritas terhadap suatu yang akan disampaikan. Dalam penyampaian ilmu, beliau tidak langsung menyampaikannya sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, dan pelan-pelan dengan tujuan agar lebih mudah dipahami dan lebih kuat tertanam dalam ingatan para sahabat.
Salah satu sahabat Rasulullah SAW, Jundub bin Abdillah RA. Bercirta, Ketika masih dalam masa pubertas, kami belajar kepada Rasulullah, dan beliau mengajari kami tentang keimanan, sebelum belajar Alquran. Setelah itu, barulah kami diajari (isi kandungan dantata cara membaca) Alquran, sehingga iman kami makin bertambah dan menguat, (HR Ibnu Majah).

3.      Menghindari Kejenuhan Murid
Dalam menyampaikan sebuah ilmu atau mengajar, Rasulullah SAW, sangat memperhatikan waktu dan kondisi psikologi para sahabat. Beliau tidak mengajar dalam sembarangan waktu. Selain itu, beliau juga tidak monoton dengan ilmu yang hanya itu-itu yang disampaikan. Hal itu dilakukan agar mereka tidak mengalami kejenuhan dan kebosanan. Sebab, jika kebosanan yang dialami seorang murid dan berkepanjangan, hal ini menjadi penyebab gagalnya proses belajar mengajar.
Sehubungan dengan metode tersebut, salah seorang tabiin bercerita, Abdullah bin Masud Ra. (salah satu sahabat nabi) setiap hari Kamis selalu memberikan nasihat dan petuah tersebut, dan selalu menunggu hari itu. Suatu hari, kami meminta untuk menyampaikan setiap hari. Namun, ia tidak mengabulkan permintaan kami seraya berkata, Sebenarnya aku akan melakukan seminggu sekali agar kalian tidak bosan, sebagaimana yang telah Rasulullah lakukan. Beliau tidak memberikan pelajaran dan mauidha setiap hari karena khawatir kita bosan. (HR. Bukhari).
4.      Memperhatikan Perbedaan Kemampuan dan Tingkat Inteligensi Setiap Murid
Rasulullah sangat memperhatikan perbedaan individu dari setiap sahabat. Dalam mengajar, beliau selalu menyesuaikan dengan tingkat kecerdasan yang mereka miliki. Semua yang diajarkan beliau terhadap mereka yang baru masuk Islam, tidak akan sama dengan yang diajarkan kepada para sahabat yang sudah lama bersama beliau.
Dalam menjawab setiap pertanyaan pun, Rasulullah SAW, tidak asal jawab. Tapi, melihat tingkat kemampuan, pemahaman, dan tingkat kecerdasan sahabat yang bertanya. Mengenai ini, sebuah kaidah dasar telah berliau berikan kepada kita yakni Anzilin naasa ala qadri uquulihim (berbicaralah kepada orang lain, sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya).
Dalam sebuah karya monumentalnya, IhyaUlumiddin, Imam Ghazali berpendapat, Seseorang yang diberi pelajaran, namun tidak memahami dengan baik semua yang kita ajarkan karena tidak mampu dijangkau oleh akalnya, hal itu dapat menimbulkan kesalahpahaman. Dan, lebih parah lagi, itu terkadang kesalahpahaman justru menimbulkan fitnah.

5.      Dialog dan Tanya Jawab
Pengajaran dengan metode dialog dan tanya jawab merupakan metode yang menonjol dan sering digunakan oleh Rasulullah SAW dalam mengajar. Sebab, dialog merupakan salah satu cara yang sangat membantu untuk membuka kebuntuan otak dan kebekuan berpikir murid.
Sehubungan dengan metode tersebut, suatu hari, Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat, Andaikan di depan rumah kalian ada sungai, lalu kalian mandi lima kali sehari, apakah masih ada kotorngan yang tertinggal di tubuh (kalian)?
Tentu tidak, wahai Rasulullah, jawab mereka.
Kemudian, Rasulullah SAW menambahkan, Begitu juga dengan salat lima waktu. Jika kita rajin melaksanakannya, dosa-dosa dan segala kesalahan akan dihapus oleh Allah SWT. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada metode dialog dan tanya jawab ini; Amy A Qolawun menulis dengan memberi banyak contoh. Seperti dalam kesempatan lain, Rasulullah SAW, juga pernah bertanya kepada para sahabat,Kalau bangkrut itu yang bagaimana? tanya beliau.
Tentu saja orang yang tidak mempunyai urang dan harta, tukas mereka.
Dengan bijak, beliau menjawab, Sesungguhnya, orang yang bangkrut di antara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan amal lengkap. Namun, sayangnya, ia suka mencaci maki, menggunjing, korupsi, dan mengganggu orang lain sehingga semua pahala dan amal baiknya habis untuk menembus keburukan-keburukan tersebut. Jika keburukkan itu belum tertembus oleh amalnya, maka kesalahan-kesalahan orang lain yang disakitinya akan ditimpakan kepadanya. Dan, akhirnya ia akan diceburkan ke neraka. (HR.Muslim).
Masih ada lagi contoh dialog seperti metode dialog yang sangat terkenal diajarkan oleh Rasulullah adalah Hadist Jibril. (bisa dibaca di halaman 58-60).

6.      Diskusi dan Dialektika
Metode lain yang Rasulullah terapkan dalam mengajar yakni cara berdiskusi, dialektika, melakukan perbandingan secara logika dan pendekatan psilogi. Hal itu beliau lakukan untuk mencabut keraguan dan kebalitan dari hati seseorang yang beranggapan bahwa hal yang bathil itu bagus. Selain itu, metode tersebut dilakukan untuk menancapkan sugesti tentang kebenaran di hati seseorang yang sebelumnya enggan dan cenderung menjauhan kebenaran.
Rasulullah mencontohkan metode ini, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal dan Thabrani bahwa pada suatu hari, datang kepada beliau seorang pemuda yang meminta legalisasi untuk berzina. Mendengar permintaan ini, beliau tidak langsung memarahinya (padahal sahabat di sekitar beliau sudah hampir meluapkan kemarahan melihat kelancangan pemuda itu). Beliau juga tidak menggunakan dalil Alquran yang menegaskan haramnya zina. Tetapi, beliau menyuruh pemuda tersebut untuk mendekat kepadanya. Dengan sangat bijak, diajaknya pemuda itu untuk berdiskusi. (halaman 61).
Kamu suka tidak, andai ibumu dizinai orang? tanya Rasulullah SAW.
Tidak wahai Rasulullah, demi Allah! Tak ada seorangpun yang mau ibunya dizinai, jawab sang pemuda.
Nah, kalau putrimu dizinai, apakah kamu rela?
Tidak ya Rasulullah, demi Allah! Semoga Allah menjadikanku tebusan bagimu karena tidak ada orang yang rela putrinya dizinai.
Rasulullah SAW teus menanyai pemuda tersebut. Seandainya hal itu menimpa saudarinya dan bibinya, apakah ia rela? Ternyata jawaban pemuda itu pun tetap sama.
Setelah mendengar pengakuan jujur dari sang pemuda, Rasullah SAW, menaruh telapak tangannya di pundak pemuda itu seraya berdoa, Ya Allah, ampunilah ia, bersihkan hatinya, dan jagalah kemaluannya.
Contoh di atas merupakan metode diskusi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, dalam menyampaikan ilmu dan bentuk pengajaran. Metode tersebut, saat ini sudah banyak dipraktikkan, terutama di kalangan pelajar tingkat tinggi.

7.       Observasi terhadap Kecerdasan Murid
Dalam menyampaikan ilmu atau mengajar, Rasulullah SAW, tidak hanya sekadar menyampaikan wahyu, pesan-pesan profetik, dan nilai-nilai moral dengan stagnan, sedangkan para sahabat hanya mendengar dan menerima. Namun, beliau juga melakukan tes untuk mengetahui tingkat kepahaman mereka dan hingga sejauh mana bisa menangkap semua yang disampaikan. Hal ini dilakukan untuk merangsang agar mereka mau berpikir, menggali bakat, dan mengeksploitasi kemampuan yang terpendam dalam diri mereka.
8.      Analogi atau Kias
Dalam mengajar, sesekali Rasulullah SAW menggunakan analogi (perbandingan secara kias dengan bentuk yang sudah ada) terhadap suatu hukuman atau ajaran yang kurang bisa dipahami oleh sebagian sahabat. Selain itu, beliau juga menjelaskan sebab-sebab dibuatnya sebuah hokum.
Dengan metode perbandingan atau analogi itu, mereka pun memahami terhadap sebuah hukuman dan tujuan diterapkannya suatu syariat (maqasid at tasyri).
Metode ini pernah dicontohkan, suatu saat seorang perempuan dari suku Juhainah bertanya kepada beliau, “Sesungguhnya, ibu saya telah bernadzar untuk melaksanakan haji. Namun, hingga meninggal, ibu saya belum sempat berhaji untuk melaksanakan nadzarnya itu. Apakah saya bisa berhaji (menggantikanya) atas nama ibu?”.
“Ya, bisa. Bukanlah jika ibumu mempunyai utang dan belum sempat dilunasinya, kemudian ia meninggal, kamu juga kan yang melunasi utangnya?” jawab beliau.
“Ya, memang begitu,” kata wanita itu lega. (HR.Bukhari).
Ketika menjelaskan atau mengajar sesuatu yang belum jelas hukumnya, Rasulullah SAW, menganalogikannya secara logis dengan hal-hal yang sudah jelas hukumnya. Dengan cara ini, permasalahan yang masih samar bisa jelas dan dipahami dengan baik oleh para sahabat.

9.      Alegori dan Persamaan
Dalam banyak kesempatan saat mengajar, Rasulullah SAW juga menggunakan metode alegori (perumpamaan) untuk menjelaskan suatu makna dari ajaran yang beliau sampaikan. Dalam setiap penjelasan yang diutarakan, beliau menggunakan media benda yang banyak dilihat, dirasakan dan biasa mereka pegang.
Metode ini sangat memudahkan seorang pelajar untuk mendeskripsikan suatu masalah yang kurang jelas. Metode alegori banyak digunakan para pengajar sastra. Selain itu, para pengajar sepakat bahwa penggunaan alegori dan persamaan memiliki pengaruh besar dan sangat membantu dalam menjelaskan sebuah arti yang samar dan kurang jelas.

10.   Visualisasi dengan Gambar
Ternyata, sejak 1.4000 tahun yang lalu, Rasulullah SAW telah terlebih dahulu menggunakan metode visualisasi dengan gambar dalam mengajar. Beliau menjelaskan suatu hal dengan cara membuat gambar yang menggunakan media permukaan tanah.
Melalui visualisasi gambar tersebut, Rasulullah menjelaskan di hadapan para sahabat tentang manusia dan cita-citanya, serta keinginan yang luas dan banyak. Semua keinginan tersbut bisa terhalang oleh banyak macam penyakit, usia tua, dan datangnya ajal. Hal tersebut bertujuan untuk member nasihat kepada mereka agar tidak hanya sekadar melamun, berangan-angan (tanpa realisasi), dan mengajarkan mereka untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian. (pembahasan lengkap halaman 70-74).

11.  Menggunakan Isyarat gerak Tangan saat menerangkan
Menggunakangerakan dan isyarat tangan saat mengajar merupakan salah satu cara untuk membuat murid bisa memahami materi yang disampaikan. Dalam hal ini, guru tidak hanya sekadar duduk membacakan atau menerangkan pelajaran tanpa melakukan gerak sama sekali.
Rasulullah SAW pun sangat memperhatikan cara pengajaran seperti ini. Tak jarang saat menerangkan, beliau juga melakukan gerakan agar lebih mudah menancapkan kepahaman dalam benar para sahabat, terlebih saat beliau berpidato dan berkhotbah.

12.  Penggunaan Alat Peraga
Menggunakan alat peraga dalam pengajaran termasuk salah satu cara membantu murid dalam memahami materi pelajaran. Saat ini, hampir semua pendidikan modern sudah menggunakan metode ini.
Sebelum dunia pendidikan modern menggunakan alat peraga, Rasulullah SAW, telah terlebih dahulu mempraktikkannya. Misalnya, ketika beliau melarang penggunaan suatu benda, beliau akan mengangkat dan menunjukkan benda tersebut di hadapan para sahabat untuk lebih menekankan larangan dan keharaman benda tersebut.
Dalam kesempatan yang lain, Rasulullah SAW mengambil sejumput bulu unta hasil rampasan perang, sambil menunjukkan bulu unta tersebut, beliau bersabda, “Bagian (jatah) yang aku dapat dari harta rampasan ini, sama dengan yang kalian dapat. Awas jangan korupsi! Sebab, korupsi adalah kehinaan bagi pelakunya pada hari kiamat kelak”. (HR. Ahmad).

13.  Memberikan Keterangan Langsung
Terhadap suatu hal yang dianggap sangat penting. Rasulullah SAW, sering kali menyampaikan dan menerangkannya secara langsung tanpa menunggu pertanyaan daripada sahabat atau justru beliau yang memancing timbulnya pertanyaan mereka.
Dalam hal ini, biasanya Rasulullah memberikan jawaban terhadap keraguan para sahabat, sebelum keraguan itu muncul. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar keraguan tersebut tidak mengakar ke dalam jiwa dan berdampak negative di kemudian hari.

14.  Menjawab setiap Pertanyaan dan Menstimulus Murid agar Berani Bertanya.
Seorang pengajar yang baik akan menjawab dengan bijak setiap pertanyaan murid-muridnya, sekaligus mendorong untuk berpikir kritis dan berani bertanya. Sebab, bisa jadi ada hal-hal penting yang tidak terlintas dalam pikiran seorang pengajar, namun terpikirkan dalam benak muridnya yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas dan disampaikan.

15.  Menjawab satu pertanyaan dengan dua jawaban atau lebih
Dalam aktivitas belajar-mengajar, pada umumnya seorang guru akan menjawab suatu pertanyaan dengan satu jawaban. Namun, hal ini berbeda dengan metode pengajaran yang dilakukan oleh Rasulullah. Beliau akan menjawab satu pertanyaan dengan dua jawaban.
Tentang metode ini, sebuah hadist dari Abu Hurairah RA. Telah menjelaskan bahwa suatu waktu ada seseorang yang bertanya kepada beliau. “Ya Rasulullah, ketika kami berlayar (di laut), kami hanya membawa sedikit bekal air minum. Jika kami berwudhu dengan air tersebut, kami bsia kehausan. Bolehkah kami berwudhu dengan air laut?”.
Rasulullah menjawab, “Boleh, laut itu suci airnya, bahkan halal bangkainya”. (HR Malik).
Dari dialog tersebut, Rasulullah menjawab pertanyaan nelayan tentang hukum berwudhu menggunakan air laut bahwa airnya suci dan sah dipakai berwudhu. Selain itu, beliau juga menambahkan jawaban hal penting yang tidak ditanyakan nelayan itu bahwa bangkai makhluk hidup yang berasal dari laut (seperti ikan) juga halal dimakan dan dimanfaatkan.

 Selain kelimabelas metode di atas, masih ada 20 metode yang ditulis Awy A’ Qowalun. Adapun ke 20 metode yakni, 16. Mengalihkan pembahasan, 17. Meminta Murid untuk Mengulangi Pertanyaannya, 18. Melatih Kepekaan Murid dengan Melempat Alih pertanyaan, 19. Melakukan Tes dan Uji Coba, 20. Melakukan consensus terhadap Sesuatu dengan Tanpa Kata, 21. Mencari dan Memanfaatkan Momentum yang Baik, 22. Selingan Joke, Kelakar, dan Bersenda Gurau saat Mengajar, 23. Memantapkan Keterangan dengan Sumpah, 24. Mengulangi Keterangan Sampai Tiga Kali, 25. Menarik Perhatian Murid dengan Mengubah Posisi Mengajar, 26. Menarik Perhatian dengan Berulang-ulang Memanggil Nama si Murid, 27. Menarik Perhatian Murid dengan Memegang Tangan atau Pundaknya, 28. Memancing Rasa Penasaran Murid, 29.Menyebut Akibat Terlebih Dahulu, sebelum Menyebut Sebab, 30. Mengglobalkan Sesuatu, Kemudian Merincikannya, 31. Menasehati dan Mengingatkan, 32. Memotivasi dan Menakut-nakuti, 33. Cerita dan Kisah, 34. Prolog Singkat dan 35. Isyarat dan Sindiran.
Ke 20 nantinya akan coba kita sharing. Lewat 15 metode ini dahulu semoga bisa bermanfaat bagi para pendidik di negeri ini, untuk pendidikan ke depan lebih baik.(Muhamamd arifin)

Tidak ada komentar: