15 Maret, 2011

GAYA BELAJAR

Apa Gaya Belajar Itu?

Belajar di bidang formal tidak selalu menyenangkan. Apalagi jika Anda harus belajar dengan terpaksa . Misalnya, Anda harus belajar karena itulah satu-satunya cara untuk lulus, mendapat pekerjaan atau bahkan kenaikan pangkat. Contoh lain dari keterpaksaan adalah bila Anda menyukai belajar di kelas dengan bimbingan dosen, sedangkan Anda terpaksa kuliah di Universitas Terbuka (UT) yang mempunyai sistem belajar jarak jauh.

12 Maret, 2011

STRATEGI MICRO TEACHING


Pendidikan harus diarahkan untuk pengembangan kualitas SDM yang meliputi segala aspek perkembangan manusia. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional adalah pengembangan sekolah-sekolah unggulan yang dalam perspektif global akan menyumbangkan nilai strategis. Sejalan dengan perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi, upaya peningkatan proses pembelajaran dengan penerapan multimedia tidak dapat ditunda lagi apabila produk pendidikan akan disejajarkan dengan kebutuhan dan tantangan global.

Strategi & Metode Mengajar



METODE-METODE MENGAJAR SECARA PERORANGAN

Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.

09 Maret, 2011

Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran

MALANG - Tanggal 19 Januari 2010 lalu, Jurnal Pen­didikan dan Pembelajaran (JPP) Universitas Negeri Malang (UM) terakreditasi secara resmi sebagai salah satu jurnal nasional dari Direktorat Jenderal Pendidi­kan Tinggi (Ditjen Dikti). Melalui surat Direktur Penelitian dan Pengemba­ngan Masyarakat (DP2M) Ditjen Dikti Nomor 68/ D3/LL/2010, tim penyunting JPP UM bahkan ditetapkan sebagai pengembang dan pembina 6 jurnal lain di 6 (enam) perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia.

Prinsip-prinsip Belajar dan Aplikasinya dalam Pembelajaran

Pengertian Prinsip.
Sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama (Badudu&Zein, 2001:1089. Sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dsb (Syah Djanilus, 1993).Sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya (Dardiri, 1996).
Pengertian Belajar
Suatu aktifitas mental & psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri sendiri (Wingkel, 1987. Suatu perilaku yang ditimbulkan dari respon belajar (Skinner). Suatu aktifitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen (Walra, rochmat, 1999:24).

KET ERAMPILAN DASAR MENGAJAR


Guru merupakan penentu keberhasilan proses belajar mengajar, oleh sebba itu seorang guru harus memiliki beberapa keterampilan agar tujuan dari proses belajar mengajar yang telah dirumuskan dapat tercapai pada bab ini akan dbahas beberapa keterampilan yang harus dimiliki seorang guru.

BELAJAR PEMBELAJARAN

PEMBENTUKAN TEORI FORMAL MENURUT HULL Hal tersebut berupa statement umum mengenai proses- proses dasar yang relevan. Di antara semua teori pembelajaran koneksionis, yang palling ambisius adalah teori yang disusun Clark L. Hull (1884-1952).

Belajar pembelajaran

1. •PEMBENTUKAN TEORI FORMAL MENURUT HULL •TEORI PEMBELAJARAN MENURUT SKINNER •APLIKASI DAN IMPLEKASI TEORI SKINNER •TEORI GESTALT •TEORI- TEORI KOGNITIF EROPA YANG LAIN
2. 1.PEMBENTUKAN TEORI FORMAL MENURUT HULL Hal tersebut berupa statement umum mengenai proses- proses dasar yang relevan. Di antara semua teori pembelajaran koneksionis, yang palling ambisius adalah teori yang disusun Clark L. Hull (1884-1952)

08 Maret, 2011

BELAJAR DI KELAS

A. Pengertian Mengajar
Pada bab terdahulu telah dikemukakan tentang pengertian belajar, yaitu perubahan perlaku sebagai hasil dari kegiatan belajar. Namun pada pembahasan ini, masalah belajar tidak lagi dijelaskan secara rinci, melainkan hanya pengertian mengajar dan mendidik dan permasalahannya yang dikaji dalam bab VII ini. Pengertian mengajar pada hakekatnya ialah usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses belajar (Sardiman, 1990:47). Kalau aktivitas belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa, sedangkan aktivitas mengajar dilakukan oleh guru sebagai pengajar dan pendidik di kelas.

Mengajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer IPTEKS kepada peserta didik (Nasution, 1987). Mengajar juga berarti menyampaikan pengetahuan kepada anak didik. Pengertian belajar menurut definisi ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekadar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian semacam ini dapat membuat suatu kecenderungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya. Karena itu pengajarannya bersifat berpusat kepada guru, jadi gurulah yang memegang posi kunci dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru menyampaikan pengetahuan, agar peserta didik mengetahui tentang pengetahuan yang peserta didik mengetahui tentang pengetahuan yang disampaikan oleh guru, pengajaran yang seperti ini disebut pengajaran yang intelektualistis.
Mengajar secara luas dapat diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan-lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Mengajar juga dapat diartikan secara luas, yaitu upaya untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara maksimal dan optimal, baik jasmani dan rohani. Pengertian mengajar seperti ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok dalam mengajar adalah menyediakan kondisi yang kondusif, sedang yang berperan aktif dan banyak melakukan kegiatan adalah siswanya dalam upaya menemukan dan memecahkan masalah.

B. Perbedaan Antara Mengajar dan Mendidik
Mengajar lebih cenderung mengandung makna, yaitu aktivitas mentransfer pengetahuan atau IPTEKS yang dimiliki oleh guru kepada peserta didik agar peserta mengetahui, memahami, dan menguasai IPTEKS sesuai kemampuan yang dimiliki. Sedangkan mendidik ialah aktivitas mentransfer nilai, norma, adat istiadat, dan etika kepada anak didik agar mereka menjadi manusia yang mematuhi nilai, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat, sehingga menjadi peserta didik yang berpengetahuan dan memiliki sikap dan perilaku yang baik.
Mendidik juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya, baik jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, kegiatan mendidik merupakan kegiatan yang berupaya membina sikap mental, pribadi, dan akhlak anak didik. Jadi kata mendidik mengandung arti yang lebih luas ketimbang dengan kata mengajar, karena aktivitas mengajar merupakan bagian integral dari aktivitas mendidik.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Mengajar dan Mendidik dan Permasalahannya
Masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar mengajar; terdapat dua faktor yang sangat menentukan, yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek pembelajaran. Tanpa ada faktor guru dan peserta didik dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki, tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar di kelas atau di tempat lain dapat berlangsung dengan baik. Namun, pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh diabaikan, misalnya faktor media dan instrumen pembelajaran, fasilitas belajar, infrastruktur sekolah, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, metode dan strategi pembelajaran, dan sebagainya (Arief, 1989).
Kesemua faktor-faktor di luar faktor guru dan peserta didik tersebut berkontribusi berarti dalam meningkatkan kualitas dan hasil interaksi belajar mengajar di kelas dan tempat belajar lainnya. Faktor media pembelajaran misalnya, berkontribusi dalam membantu guru untuk memvisualisasi atau mendemonstrasikan bahan atau materi pelajaran kepada peserta didik. Bahan pelajaran akan lebih mudah diketahui, dipahami, dan dikuasai jika selain aspek auditif (pendengaran) peserta didik dilibatkan, aspek visual (penglihatan) peserta juga perlu dilibatkan karena hampir semua objek di dunia ini dapat diketahui oleh individu berkat bantuan alat visual atau mata sebagai alat penglihatan utama bagi manusia untuk menangkap pesan dan kesan terhadap objek atau materi pelajaran yang dipelajari.
Faktor instrumen atau peralatan pembelajaran juga memegang peranan penting dalam membantu guru dan peserta didik dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas, apalagi di laboratorium. Peralatan pembelajaran berupa mikroskop merupakan alat utama bagi proses pembelajaran di laboratorium untuk materi pembelajaran biologi, ilmu-ilmu kedokteran dan keperawatan, ilmu-ilmu pertanian, peternakan, farmasi, dan berbagai ilmu lainnya yang berbasis IPA. Selain mikroskop sebagai instrumen pembelajaran yang berkontribusi besar terhadap keberhasilan proses dan hasil interaksi belajar mengajar, OHP (Overhead Projector), slide, papan tulis (putih dan hitam), infocus (LCD), dan lainnya juga memegang peranan yang besar dalam membantu guru dan peserta didik dalam menyukseskan proses dan hasil pembelajaran di kelas, di laboratorium, dan di berbagai tempat lainnya.
Fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah memadai di suatu sekolah atau lembaga pendidikan juga memberikan sumbangan yang besar dalam membantu memfasilitasi guru dan peserta didik di kelas atau di tempat belajar lainnya dalam menyukseskan proses belajar mengajar. Tanpa ada fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah yang memadai di sekolah, proses interaksi belajar mengajar antara guru dan peserta didik kurang dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Sebagai contoh sekalipun pihak guru dan peserta didik telah siap untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas, namun tidak tersedia fasilitas belajar yang memadai di kelas atau di tempat belajar lainnya yang memadai sesuai dengan kebutuhan, maka interaksi belajar mengajar kurang dapat berlangsung maksimal dan optimal, misalnya di kelas tidak tersedia kursi dan meja belajar dalam jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah siswa, maka akan dapat mengganggu kelancaran interaksi belajar mengajar di kelas, karena peserta didik yang tidak mendapatkan kursi dan meja belajar akan dapat mengganggu teman kelasnya dalam belajar.
Infrastruktur suatu sekolah atau lembaga pendidikan yang kurang memadai dan memenuhi syarat, juga mempengaruhi interaksi belajar mengajar di suatu sekolah. Jika suatu sekolah telah memiliki gedung sebagai tempat pembelajaran tetapi tidak tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan jumlah peserta didik yang dimiliki oleh suatu sekolah, maka daya tampung suatu kelas melebihi yang semestinya, akibatnya interaksi belajar mengajar tidak dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Dan yang paling parah lagi jika suatu sekolah telah memiliki gedung dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah peserta didik yang dimiliki, namun atap dari gedung sekolah tersebut telah dirembesi oleh air hujan yang menyebabkan para siswa tidak dapat belajar dengan baik dan guru juga tidak dapat membelajarkan peserta didik dengan baik. Akibatnya interaksi belajar mengajar di kelas akan terganggu.
Faktor kurikulum juga memegang peranan penting dalam memperlancar interaksi belajar mengajar di kelas. Kurikulum yang disusun sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mental peserta didik, sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa dan kebutuhan orangtua siswa, masyarakat, dan dunia kerja, serta sesuai dengan kebutuhan guru sebagai pendidik dan pembelajaran di kelas akan mendukung pencapaian interaksi belajar mengajar yang optimal dan maksimal, sehingga keluaran suatu lembaga pendidikan akan lebih berkualitas.
Faktor metode dan strategi serta pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, juga mempengaruhi kelancaran dan kesuksesan interaksi belajar mengajar di kelas (Nasution, 1987). Guru yang menerapkan metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan dan perbedaan individual peserta didik akan dapat memperlancar dan menyukseskan intraksi belajar mengajar di kelas. Adapun metode dan strategi belajar mengajar yang dapat digunakan oleh guru sebagai pengajar dan pendidik dalam membelajarkan peserta di kelas atau di tempat belajar lainnya ialah metode dan strategi mengajar ceramah dan tanya jawab, ceramah dan oleh suatu sekolah, maka daya tampung suatu kelas melebihi yang semestinya, akibatnya interaksi belajar mengajar tidak dapat berjalan secara maksimal dan optimal. Dan yang paling parah lagi jika suatu sekolah telah memiliki gedung dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah peserta didik yang dimiliki, namun atap dari gedung sekolah tersebut telah dirembesi oleh air hujan yang menyebabkan para siswa tidak dapat belajar dengan baik dan guru juga tidak dapat membelajarkan peserta didik dengan baik. Akibatnya interaksi belajar mengajar di kelas akan terganggu.
Faktor kurikulum juga memegang peranan penting dalam memperlancar interaksi belajar mengajar di kelas. Kurikulum yang disusun sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan mental peserta didik, sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa dan kebutuhan orangtua siswa, masyarakat, dan dunia kerja, serta sesuai dengan kebutuhan guru sebagai pendidik dan pembelajaran di kelas akan mendukung pencapaian interaksi belajar mengajar yang optimal dan maksimal, sehingga keluaran suatu lembaga pendidikan akan lebih berkualitas.
Faktor metode dan strategi serta pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, juga mempengaruhi kelancaran dan kesuksesan interaksi belajar mengajar di kelas (Nasution, 1987). Guru yang menerapkan metode, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan dan perbedaan individual peserta didik akan dapat memperlancar dan menyukseskan intraksi belajar mengajar di kelas. Adapun metode dan strategi belajar mengajar yang dapat digunakan oleh guru sebagai pengajar dan pendidik dalam membelajarkan peserta di kelas atau di tempat belajar lainnya ialah metode dan strategi mengajar ceramah dan tanya jawab, ceramah dan diskusi, ceramah dan kerja kelompok, ceramah dan pemberian tugas, ceramah, dan eksperimen (Moedjiono dan Dimyati, 1992). Sedangkan pendekatan pembelajaran modern yang dapat digunakan oleh guru dalam membelajarkan materi pelajaran di kelas ialah pendekatan keterampilan proses, pendekatan konstruktivistik, pendekatan pembelajaran koperatif, pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning), dan lainnya.
Sistem manajemen sekolah juga berpengaruh terhadap keberhasilan proses dan hasil interaksi belajar mengajar di kelas. Suatu sekolah yang menerapkan manajemen terbuka dan transparans akan lebih berpeluang sukses dalam mengelola sistem pembelajaran secara profesional melalui interaksi belajar mengajar di kelas ketimbang dengan sekolah yang menerapkan manajemen tertutup. Bahkan Fattah (2000) menyatakan bahwa manajemen berbasis sekolah yang diterapkan oleh suatu sekolah merupakan strategi pemberdayaan sekolah dalam rangka peningkatan mutu dan kemandirian sekolah.
Sistem evaluasi proses dan hasil pembelajaran juga menentukan interaksi belajar mengajar di kelas. Guru yang menerapkan sistem evaluasi dengan pendekatan PAP (Penilaian Acuan Patokan) dan penilaian yang menekankan pada proses dan hasil dengan menggunakan format penilaian fortopolio berbasis konstruktivistik akan meningkatkan intensitas interaksi belajar mengajar di kelas karena para peserta didik dituntut oleh suatu target belajar dan target kelulusan yang telah ditetapkan oleh guru. Selain itu, guru akan memotivasi maksimal dan optimal para peserta didik untuk belajar keras dan intensif, karena penilaian ditekankan kepada proses dan hasil pembelajaran.
Kesemua faktor-faktor penentu keberhasilan interaksi belajar mengajar dan permasalahannya yang telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan oleh para calon guru dan para guru serta peserta didik. Pengetahuan dan pemahaman tentang faktor-faktor penentu keberhasilan interaksi belajar mengajar dan permasalahannya oleh para calon guru, para guru, dan peserta didik akan dapat menumbuh kembangkan minat dan motivasi bagi para guru dan peserta didik dalam melaksanakan interaks belajar mengajar di kelas. Interaksi belajar mengajar yang sukses di kelas akan mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas secara mikro dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat lembaga pendidikan, serta kualitas pendidikan secara makro (regional dan nasional).

Contoh Makalah INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS DAN PERMASALAHANNYA | Contoh Makalah http://www.contohmakalah.co.cc/2010/06/interaksi-belajar-mengajar-di-kelas-dan.html#ixzz1G1osv7g9
Makalah, Skripsi, Karya Ilmiyah, Artikel, Bisnis Online
Under Creative Commons License: Attribution Share Alike

Kurikulum Dan Pembelajaran - Presentation Transcript

1. PROSES PENDIDIKAN
* Proses pendidikan merupakan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dilihat dari segi pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyampaikan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Tingkat-tingkat tujuan pendidikan antara lain tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikulum, tujuan pembelajaran. Peserta didik ditinjau dari berbagai pendekatan antara lain pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/ pedagogis.
* Tenaga kependidikan merupakan komponen yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Pendekatan baru dalam pengajaran : prinsip-prinsip belajar mengajar, aspek-aspek perkembangan peserta didik, menghormati individu peserta didik, perkembangan pribadi, metode dan teknik mengajar, konsep masalah disiplin, pengukuran dan evaluasi, penggunaan alat-alat audio visual.
3. REPLEKSI PROSES PENDIDIKAN
* Proses pendidikan jika diterapkan secara baik dan benar akan mencapai tujuan pendidikan yang kita harapkan sebab proses pendidikan merupakan pengembangan diri atau pengembangan sumber daya manusia yang dilihat dari segi pendidikan masing-masing manusia. Proses pendidikan dimulai dengan adanya peserta didik, pengertian pendidikan itu apa, tujuan pendidikan itu apa, prinsip - prinsip belajar mengajar, aspek-aspek perkembangan peserta didik, menghormati individu peserta didik, perkembangan pribadi, metode dan teknik mengajar, konsep masalah disiplin, pengukuran dan evaluasi, penggunaan alat-alat audio visual. Jika semuanya tersusun/ terprogram dengan rapih serta telah dicapai, maka proses pendidikan pun akan berjalan dengan lancar tanpa ada kendala apa pun yang menghambat yang menghambat proses pendidikan itu sendiri.
4. DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM
* Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran, sebagai rencana pembelajaran, sebagai pengalaman belajar. Landasan pengembangan kurikulum antara lain filsafat dan tujuan pendidikan, keadaan lingkungan, kebutuhan pembangunan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Prinsip - prinsip pengembangan kurikulum terdiri dari berorientasi pada tujuan, relevansi dengan kebutuhan, efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan, fleksibilitas, berkesinambungan, keterpaduan, dan bermutu.
* Komponen - komponen pengembangan kurikulum : Tujuan kurikulum; Materi kurikulum terdiri dari teori, konsep, generalisasi, prinsip, prosedur, fakta, istilah, contoh dan illustrasi, definisi, preposisi; Metode merupakan cara untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikkulum; Organisasi kurikulum antara lain mata pelajaran terpisah, mata pelajaran berkolerasi, bidang studi, program yang berpusat pada anak, core program, dan electic program; Evaluasi kurikulum.
5. REFLEKSI DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM
* Dalam kegiatan belajar mengajar kita tidak serta merta atau melakukan proses pengajaran begitu saja tanpa mengetahui dasar pedoman pegangan sebab kita mengajar itu harus punya dasar sebagai pegangan, salah satunya adalah kurikulum. Kurikulum merupakan pedoman dasar proses pembelajaran yang memuat isi dan materi pelajaran, sebagai rencana pembelajaran, serta sebagai pengalaman belajar. Kurikulum dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan sekolah yang bersangkutan. Tetapi pengembangan tersebut harus mematuhi beberapa tata cara pengembangannya, diantaranya landasan pengembangan, komponen pengembangan serta prinsip pengembangan. Itulah yang menjadi tolak ukur kita dalam melakukan pengembangan kurikulum serta dalam melakukan proses belajar mengajar.
6. HAKIKAT BELAJAR
* Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui iteraksi dengan lingkungannya. Belajar menurut psikologi klasik adalah suatu proses pengembangan dan latihan jiwa, belajar menurut psikologi daya adalah melatih daya-daya agar dapat berfungsi dengan baik, belajar menurut psikologi behavioristik adalah membentuk hubungan stimulus dengan latihan, belajar menurut psikologi kognitif adalah proses pusat otak atas struktur kognitif (fakta) dalam bentuk pemahaman dan pemecahan masalah, belajar menurut psikologi gestalt adalah akibat interaksi antara individu dengan lingkungan berdasarkan keseluruhan dan pemahaman.
* Teori belajar Conectionisme menerangkan hubungan antara stimulus dengan respons. Hukum-hukum belajar antara lain hukum pengaruh, hukum latihan, dan hukum kesediaan. Ciri-ciri belajar diantaranya belajar berbeda dengan kematangan, belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental, dan ciri belajar yang hasilnya relative menetap. Unsur-unsur dinamis dalam proses belajar terdiri dari motivasi siswa, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, kondisi subjek yang belajar.
7. REFLEKSI HAKIKAT BELAJAR
* Hakikat belajar disini menerangkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku individu melalui iteraksi dengan lingkungannya, proses pengembangan dan latihan jiwa, melatih daya fikir kita agar berfungsi dengan baik, membentuk hubungan stimulus dengan latihan, bentuk pemahaman dan pemecahan masalah, serta interaksi antara individu dengan lingkungan berdasarkan keseluruhan dan pemahaman. Selain dari pengertian itu sendiri, belajar mempunyai beberapa hukum-hukum belajar, ciri-ciri belajar serta unsur - unsur dinamis belajar. Jika melihat secara nyata dan diterapkan dengan baik, maka penjelasan diatas mengenai hakikat belajar dalam kehidupan sehari-hari sudah terasa oleh kita semua dan mempunyai tingkat keunggulan yang sangat banyak.
8. HAKIKAT PEMBELAJARAN
* Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Teori - teori pembelajaran antara lain mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di sekolah, mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah, pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik, pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik, pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi masyarakat sehari-hari.
* Ciri - ciri pembelajaran terdiri dari rencana, kesalingtergantungan, dan tujuan. Unsur-unsur pembelajaran yakni unsur dinamis pembelajaran pada diri guru antara lain motivasi membelajarkan siswa, kondisi guru siap membelajarkan siswa ; unsur pembelajaran konkruen dengan unsur belajar antara lain motivasi belajar, sumber bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan subjek belajar.
9. REFLEKSI HAKIKAT PEMBELAJARAN
* Jika kita melihat secara sepintas memang bagi kita pengertian hakikat belajar dan hakikat pembelajaran itu sama saja. Tetapi jika kita melihat penerapannya, antara hakikat belajar dan hakikat pembelajaran itu sangat berbeda. Hakikat belajar lebih menekankan kepada manfaat serta keuntungan belajar itu sendiri apa, tetapi jika hakikat pembelajaran lebih menekankan kepada unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran yang mendukung tercapainya pembelajaran. Jika hakikat belajar tidak didukung oleh hakikat pembelajaran, maka pembelajaran tidak akan bisa berjalan sesuai dengan harapan kita.
10. TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
* Komponen-komponen tujuan belajar terdiri dari tingkah laku terminal yaitu menentukan tingkah laku siswa setelah belajar, kondisi-kondisi tes, standar/ ukuran perilaku. Pentingnya tujuan belajar dan pembelajaran untuk menilai hasil pembelajaran, membimbing siswa belajar, merancang sistem pembelajaran, komunikasi dengan guru lain, mengontrol pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran. Tujuan pembelajaran sebagai instrumen pengukuran untuk mengukur hasil pembelajaran, menentukan isi pelajaran dan metode mengajar
* Klasifikasi tujuan pendidikan berdasarkan pendekatan langsung/ jangka panjang, jenis perilaku, dan sumber. Taksonomi tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, umumnya digunakan sebagai dasar merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri dari matra kognitif, afektif, dan psikomotor.
11. REFLEKSI TUJUAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
* Setelah kita mengetahui apa itu hakikat belajar dan hakikat pembelajaran, maka selanjutnya yang harus kita capai adalah tujuan belajar dan pembelajaran yang dilakukan oleh kita itu apa. Tujuan belajar dan pembelajaran disini merupakan instrumen proses penilaian hasil pembelajaran, membimbing siswa belajar, merancang sistem pembelajaran, komunikasi dengan guru lain, mengontrol pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran serta menentukan isi pelajaran dan metode mengajar. Sebab dalam proses pembelajaran harus ada timbal balik antara guru dengan muridnya, seperti contoh pemberian nilai tingkat kecerdasan anak didiknya. Ini merupakan elemen yang sangat penting, jika tidak seperti itu maka anak didik yang sudah menuntut ilmu tinggi akan terbuang percuma hasil belajarnya tersebut.
12. DASAR PEMBELAJARAN
* Asas-asas belajar terdiri dari tujuan belajar, motivasi belajar (suasana lingkungan kelas, keterlibatan langsung kelas, menjamin keberhasilan), umpan balik hasil belajar, transfer hasil belajar. Upaya pelaksanaan aktivitas pembelajaran diantaranya pembelajaran dalam kelas, pembelajaran sekolah masyarakat, pembelajaran dengan pendekatan CBSA.
* Perbedaan individual berdasarkan kecerdasan, bakat, keadaan jasmani, penyesuaian sosial dan emosional, keadaan keluarga, prestasi belajar. Upaya pendayagunaan latihan dalam pembelajaran : ulangan, latihan otomatis, review, practice, review dan practice. Manfaat mempelajari lingkungan masyarakat yaitu latihan berpikir ilmiah berdasarkan fakta. Upaya pembelajaran berdasarkan lingkungan yaitu membawa lingkungan ke dalam kelas dan membawa siswa ke masyarakat.
13. REFLEKSI DASAR PEMBELAJARAN
* Dasar pembelajaran merupakan pedoman dasar kita dalam menerapkan pembelajaran kepada anak didik kita sebab individu/ anak didik yang kita ajar memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Disini kita dilatih agar dalam menerapkan metode pembelajaran tidak salh pilih, jika sudah salah pilih maka pembelajaran akan sangat tidak karuan. Dasar pembelajaran lebih menekankan kita agar supaya kita sebagai pendidik mengetahui kepribadian serta tingkat kecerdasan masing-masing anak didik kita. Jika kita telah mengetahui apa yang harus dilakukan kepada anak didik kita dalam setiap pertemuan dikelas, maka kita telah mencapai satu tingkat proses pembelajaran yaitu dasar pembelajaran.
14. MOTIVASI BELAJAR
* Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Komponen-komponen motivasi komponen dalam yakni perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, ketegangan psikologis; komponen luar yakni keinginan dan tujuan yang mengarahkan perbuatan seseorang. Analisis motivasi antara kebutuhan - motivasi - perbuatan atau tingkah laku, tujuan dan kepuasan terdapat kaitan yang erat. Fungsi motivasi antara lain mendorong timbulnya tingkah laku, sebagai pengarah, sebagai penggerak. Pendekatan jenis motivasi yakni pendekatan kebutuhan, fungsional, dan deskriptif.
* Upaya meningkatkan motivasi belajar yakni menggerakkan motivasi, pemberian harapan, pemberian insentif, pengaturan tingkah laku siswa. Prinsip untuk mendorong motivasi belajar pemberian pujian, kepuasan kebutuhan psikologis, instrinsik, penguatan, penjalaran, pemahaman atas tujuan, tugas yang dibebankan oleh diri sendiri.
15. REFLEKSI MOTIVASI BELAJAR
* Motivasi belajar merupakan suatu reaksi bathin yang timbul secara spontanitas dari dalam diri sendiri untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan sebelumnya atau cita-cita yang belum tercapai. Memang sangat berat untuk menumbuhkan kembali motivasi belajar jika sudah tidak ada dan timbul secara alamim dalam diri siswa yang bersangkutan. Dalam motivasi belajar terdapat komponen-komponen motivasi, fungsi motivasi, pendekatan - pendekatan motivasi, upaya meningkatkan motivasi belajar serta prinsip motivasi belajar. Jika semuanya telah ada, maka belajarpun akan lebih berwarna dan akan tercapailah cita-cita yang diinginkannya.
16. PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
* Konsep pengajaran yakni pengajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar, pengajaran merupakan interaksi mengajar dan belajar, pengajaran sebagai suatu sistem. Pendekatan sistem pembelajaran sesuai dengan psikologi belajar sistematik, meliputi aspek filosofis dan proses dengan ciri sebagai proses pembelajaran dan menggunakan metode untuk merancang sistem serta mengikuti pola pikir tertentu. Model pembelajaran antara lain model interaksi sosial, model proses informasi, model personal, model modifikasi tingkah laku.
* Bentuk strategi pembelajaran antara lain belajar penerimaan atau proses informasi dengan strategi ekspositif, belajar penemuan atau proses pengalaman dengan strategi inquirydiscovery, belajar penguasaan berdasarkan pendekatan kelompok dengan strategi belajar tuntas, pembelajaran terpadu berdasarkan pendekatan integrasi dengan strategi pengajaran unit.
17. REFLEKSI PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
* Pendekatan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik harus sesuai dengan psikologi belajar sistematik anak yang meliputi aspek filosofis dan proses dengan ciri sebagai proses pembelajaran dan menggunakan metode untuk merancang sistem serta mengikuti pola pikir tertentu dan memakai model-model tertentu dalm proses pendektannya. Secara singkatnya, pendekatan dalam pembelajaran menitikberatkan kepada apa yang harus dilakukan pendidik kepada anak didiknya sesuai dengn aturan yang tidak berasal dari tinjauan keseharian anak didiknya tersebut. Jika mungkin dipaksakan diterapkan pun pendekatan ini tidak akan berjalan lancar sebab tidak melihat perkembangan anak tersebut.
18. PENDEKATAN CBSA DALAM PEMBELAJARAN
* Cara Belajar Siswa Aktif adalah pendekatan dalam pembelajaran yang menitikberatkan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan matra kognitif, afektif, dan psikomotor, yang merupakan inti kegiatan belajar. Kadar CBSA ditandai keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar dilihat dari segi masukan, proses, dan produk. Penerapan CBSA dalam pembelajaran yakni pemanfaatan waktu luang, pembelajaran individual, belajar kelompok, bertanya jawab, belajar belajar mandiri, pengajaran unit.
* Kebaikan CBSA antara lain siswa mengemukakan pendapat, keterlibatan mental, peran guru sebagai fasilitator, belajar dengan pengalaman langsung, variasi bentuk dan alat pembelajaran, kualitas interaksi antar siswa. Kelemahan CBSA menurunnya CBSA pada siswa, metode kurang bervariasi, kemampuan guru masih kurang, kurangnya bacaan. Kemampuan dalam keterampilan proses yakni mengamati, mengklasifikasikan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan.
19. REFLEKSI PENDEKATAN CBSA DALAM PEMBELAJARAN
* Cara Belajar Siswa Aktif yang lebih dikenal dengan CBSA memiliki beberapa cara dalam melakukan pendekatan terhadap anak didiknya. Pendekatan CBSA dalam pembelajaran merupakan pendekatan yang dilakukan oleh pendidik kepada anak didiknya dalam proses pembelajaran yang menitikberatkan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan matra kognitif, afektif, dan psikomotor yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Sekarang pendekatan inilah yang efektif dipakai oleh hampir seluruh pendidik di Nusantara karena pendekatan inilah yang merangsang keaktifan belajar siswa dikelas agar lebih aktif dalam menanggapi materi yang disampaikan. Adapun keunggulan dan kelemahan pendekatan ini, tetapi mungkin sudah tidak dihiraukan lagi.
20. EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
* Penilaian meliputi tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, penilaian hasil belajar. Penilaian merupakan upaya memeriksa sejauh mana siswa mencapai tujuan pendidikan dan memenuhi syarat validitas, reliabilitas, objektivitas, efisien dan praktis. Tujuan evaluasi memberikan informasi tentang kemajuan siswa, pembinaan kegiatan belajar, menetapkan kemampuan dan kesulitan, mendorong motivasi belajar, membantu perkembangan tingkah laku dan membimbing.
* Prosedur hasil belajar persiapan kisi - kisi alat uji, menyusun alat ukur berdasarkan pola penilaian dengan tes atau bukan tes. Jenis pelaksanaan penilaian evaluasi sumatif, formatif, reflektif dan kombinasi pelaksanaan evaluasi. Sasaran evaluasi hasil pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, unsur dinamis pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum/ GBPP. Evaluasi berfungsi untuk pengembangan program, perencanaan dan pengembangan kurikulum, akreditasi program dan kelembagaan.
21. REFLEKSI EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
* Di akhir proses pembelajaran haruslah diadakan evaluasi atau penilaian untuk mengukur bagaimana kemajuan siswa dikelas, pembinaan kegiatan belajar, menetapkan kemampuan dan kesulitan, mendorong motivasi belajar siswa, membantu perkembangan tingkah laku dan membimbing. Selain itu, evaluasi merupakan upaya memeriksa sejauh mana siswa mencapai tujuan pendidikan dan memenuhi syarat validitas, reliabilitas, objektivitas, efisien dan praktis dari pendidik. Jika semua itu telah dilaksanakn dengan baik dan benar serta telah memenuhi standar yang telah ditentukan, maka selanjutnya pendidik dapat mengembangkan program yang kurang baik atau tidak dipakai sebelumnya, merencanakan dan mengembangkan kurikulum, serta melakukan akreditasi program dan kelembagaan. Itulah yang harus dicapai semuanya oleh pendidik dalam mensukseskan proses pembelajaran.
22. DESY FITRIANI 20080210981 II D PENDIDIKAN EKONOMI.

‘Teori belajar’ Strategi Pembelajaran


Dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction). Sementara itu, Gulo (2005) memandang pentingnya strategi pembelajaran inkuiri (inquiry).

Di bawah ini akan diuraikan secara singkat dari masing-masing model pembelajaran tersebut.

A. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.

Dengan mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu :

1. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik
2. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus)
3. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.
4. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
5. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

B. Bermain Peran (Role Playing)

Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.

Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian

Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.

Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2) memilih peran; (3) menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10) membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.

C. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)

Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.

Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut:

1. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.
2. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan
3. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya.
4. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
5. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.
6. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
7. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.

D. Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu,dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya. Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan (feedback). Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas).

Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas dalam hal berikut : (1) pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic progress test); (2) peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditentukan; dan (3) pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran remedial (pengajaran korektif).

Strategi belajar tuntas dikembangkan oleh Bloom, meliputi tiga bagian, yaitu: (1) mengidentifikasi pra-kondisi; (2) mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar; dan (3c) implementasi dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi : (1) corrective technique yaitu semacam pengajaran remedial, yang dilakukan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya; dan (2) memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (sebelum menguasai bahan secara tuntas).
Di samping implementasi dalam pembelajaran secara klasikal, belajar tuntas banyak diimplementasikan dalam pembelajaran individual. Sistem belajar tuntas mencapai hasil yang optimal ketika ditunjang oleh sejumlah media, baik hardware maupun software, termasuk penggunaan komputer (internet) untuk mengefektifkan proses belajar.
E. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.
Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan.
2. Modul meripakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : (1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.
3. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi dan berdiskusi.
4. Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.
5. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.

Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban.

Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, sebagai beriku:

1. Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut.
2. Tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan.
3. Tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana ia harus memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari atau tidak modul tersebut.
4. Pengalaman Belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya.
5. Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik.
6. Tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul

Tugas utama guru dalam pembelajaran sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur proses belajar, antara lain : (1) menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif; (2) membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas; (3) melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik.

F. Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis,

Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran terhadap masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah.
2. Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan hipotesis.
3. Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit peristiwa, terdiri dari : mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan mengevaluasi data; (b) menyusun data, terdiri dari : mentranslasikan data, menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data.; (c) analisis data, terdiri dari : melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan keteraturan.
4. Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan
5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi

Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.

Sumber :

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia

E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.

_________. 2004. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.

Udin S. Winataputra, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar Jakarta :. Grasindo.